Selasa, 09 Juni 2015

Kawasan Konservasi International


                                Konservasi Arsitektur Colosseum
Colosseum adalah sebuah peninggalan bersejarah berupa arena gladiator, dibangun oleh Vespasian. Tempat pertunjukan yang besar berbentuk elips yang disebut amfiteater atau dengan nama aslinya Flavian Amphitheatre, termasuk salah satu dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban dunia pertengahan.


Situs ini terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang didirikan oleh Walikota Vespasian pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, serta menjadi salah satu karya terbesar dari arsitektur Kerajaan Romawi yang pernah dibangun. Colosseum dirancang untuk menampung 50.000 orang penonton. Rekonstruksi Colosseum dimulai dari perintah Raja Vespasian tahun 72 M dan terselesaikan oleh anaknya Titus pada tahun 80 M.
Colosseum didirikan berdekatan dengan sebuah istana megah yang sebelumnya dibangun Nero, yang bernama Domus Aurea yang dibangun sesudah kebakaran besar di Roma pada tahun 64 M. Dio Cassius seorang ahli sejarah mengatakan bahwa ada sekitar 9000 hewan buas yang telah terbunuh di 100 hari sebagai perayaan peresmian dan pembukaan Colosseum tersebut. Lantai dari arena Colosseum tertutupi oleh pasir untuk mencegah agar darah-darah tidak mengalir kemana-mana.
Bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan berbagai macam jenis binatang sampai pada tahun ke 524. Dua gempa bumi pada tahun 442 dan 508 menyebabkan kerusakan yang parah pada bangunan tersebut. Di Abad pertengahan, Colosseum rusak sangat parah akibat gempa bumi lagi yakni pada tahun 847 dan 1349 dan dijadikan sebagai benteng dan sebuah gereja juga didirikan disana. Banyak batu marmer digunakan untuk melapisi dan membangun kembali bagian-bagian Colosseum yang telah rusak karena terbakar.


Pada abad 16 dan 17, keluarga-keluarga Roman menggunakan Colosseum sebagai tempat pengambilan batu marmer untuk konstruksi bangunan St. Peter’s Basilica dan kediaman khusus palazzi, keluarga Roman. Pada tahun 1749, ada sebuah bentuk dari pemeliharaan Colosseum. Paus Benediktus XIV melarang untuk menggunakan Colosseum sebagai tempat penambangan. Pada tahun 2000 ada sebuah protes keras di Itali dalam rangka menentang penggunaan hukuman mati untuk negara-negara di seluruh dunia (di Italia, hukuman mati dihapuskan pada tahun 1948). Beberapa demonstran memakai tempat di depan Koloseum.
Sejak saat itu, sebagai sebuah isyarat menentang kapitalis tersebut, penduduk lokal mengganti warna Colosseum di malam hari dari putih menjadi emas dengan menggunakan penerangan berupa lilin dan lampu neon sampai pada saat dimana seluruh dunia menghapuskan tindakan penghukuman mati itu. Colosseum pada umumnya digunakan untuk acara-acara umum seperti pertandingan gladiator. Saat ini Colosseum digunakan untuk tujuan agama.
Beberapa upacara Roma Katolik, seperti yang melibatkan Paus Yohanes Paulus II. Ada salib berserakan di berbagai wilayah sekitar arena. Selama Jumat Bagus, Paus biasanya memimpin prosesi yang disebut Salib.
Arena tempat para budak zaman Romawi diadu dengan gladiator dan binatang buas ini mendapat guyuran dana 33 juta dolar AS dari produsen kulit ternama Italia, Tod's. Duit sebesar itu akan menjadikan proyek renovasi Colosseum sebagai yang terlengkap sepanjang sejarah Italia. Hasilnya bisa dibilang memuaskan, karena para konservator berhasil mengubah warna dasar arena berdarah itu. Dari tadinya cokelat gelap menjadi krem pucat.

Sumber :

Kawasan Konservasi Arsitektur Di ASEAN

                          Kawasan Konservasi Bagan, Myanmar
Bagan adalah primadona wisata Myanmar. Kota tua ini memiliki lebih dari 2.000 candi, biara, dan pagoda. Sebenarnya, aktivitas yang sempurna untuk menyaksikan keindahan Bagan adalah dengan naik balon udara. Sayang, tarifnya mahal, sekitar 350 dolar Amerika untuksekalinaik.

             Kerajaan Pagan (sekarang Bagan) pada pertengahan abad ke-9 merupakan ibu kota dari kerajaan pertama di Myanmar. Pada abad ke-11 hingga 13, Bagan membangun lebih dari 10 ribu kuil Buddha, pagoda, dan biara. Kini hanya tersisa sekitar 2.200. Bagi pengunjung, 2.200 adalah jumlah yang sangat besar. Bangunan-bangunan kuno tersebar di hampir seluruh penjuru Bagan. Sayangnya, tempat yang bersejarah ini tidak masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site karena beberapa bangunan sudah dipugar tanpa memperhatikan aspek sejarah.


Bagan kota seribu kuil yang berada di Myanmar merupakan salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara. Myanmar yang terkenal akan sebutan negeri seribu candi, demikian sebutannya karena adanya ribuan candi yang berada di negara yang dulunya dikenal dengan sebutan negara Burma. Bagan sebuah kota kuno yang berada di wilayah Mandalay Burma (Myanmar) dihiasi dengan pemandangan ribuan candi – candi tua dengan berbagai ukuran, ribuan pagoda kuno, stupa, kuil, aula pentahbisan dan monumen. Kuil Baganadalah salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara Berbeda dengan candi – candi lainnya di kawasan Asia. Kota seribu kuil ini memiliki 2 ciri khas warna, yaitu warna putih dan warna merah bata. Candi di Bagan berukuran cukup besar karena digunakan sebagai tempat pemujaan dan mempresentasikan Gunung Meru, salah satu simbol Dewa dan dibangun sebagai tempat ibadah dan belajar bagi para pengikut ajaran Budha dari kawasan Asia, termasuk India, selama kurang lebih 5 abad sejak awal didirikan. Destinasi wisata di KotaBagan yang menarik minat wisatawan antara lain adalah Htilominlo, Shwedagon Pagoda, Mandalay Palace, serta Danau Inle yang eksotis.

Old Bagan dan New Bagan


Old Bagan
Kota Bagan sesungguhnya terbagi dari 2 bagian. Bagan kota lama dan Bagan kota baru. Dulunya semua pemukiman berada didaerah kota lama dimana terdapat stupa-stupa tersebut. Tahun 90’an, mereka dipindahkan ke Bagan baru (New Bagan) untuk menjadi pemukiman baru. Perbedaannya sangat menonjol didua tempat ini. Bagan Baru adalah daerah baru, dengan banyak hotel. Tidak ramai daerahnya dikelilingi pemukiman. Bagan lama (Old Bagan) daerah dengan dikelilingi pusat pemerintahan dan beberapa stupa disekitarnya. Beberapa hotel dan pertokoan juga kita temukan didaerah ini.


New Bagan



Kuil Ananda juga menarik untuk diamari mural yang ada dibeberap dindingnya. Muralnya masih terjaga dengan baik.Dikatakan oleh Thein bahwa kuil Anandadibangun pada masa awal-awal dinasti Pagan yang ada di Bagan, mungkin sekitaran abad 1100’an. Kuil Ananda memiliki 4 patung Buddha warna keemasan disetiap sisi penjuru mata angin, dengan posisi tangannya yang berbeda. 
Kemudian kita juga bisa ke kuil  Thatbyinnyu dikenal sebagai kuil kemahatahuan dan berasal dari 1144 Masehi. Kuil yang cukup tinggi dengan tinggi sekitaran 60’an meter. Lalu kita ke  kuil terbesar Damayangyi, yang terkenal dengan struktur bangunannya yang unik mirip piramida. Candi ini dibangun  tahun 1170 Masehi.


Tujuan konservasi :
Kota Bagan Beragam akan Sejarah, bahkan dijuluki kota seribu stupa. dalam segi Arsitektur dan kebudayaan kota bagan, Myanmar patut dijadikan kawasan konservasi. karena, bergantinya dinasti dan zaman, seni mereka akan hilang diakibatkan oleh manusia. Beberapa bagian dari mural, bahkan dicongkel oleh manusia.Upaya restorasi harus lebih dimaksimalkan. Karena jika tidak batu atau candi akan punah dan tidak ada sejarah didalmnya yang mengakibtkan sejarah itu mati. Akan lebih baik jika kawasan ini di konservasi. Sehingga budaya dan benda pusaka tetap terjaga oleh Ahlinya, dan sejarah akan tetap terjaga. saat ini UNESCO belum memasukan Bagan sebagai World Heritage Site. Sampai saat ini, saya membaca bahwa Bagan Archaeological Zone masih dalam daftar tentative list UNESCO. Mereka mengajukannya pada tahun 1996.  Masih butuh proses yang panjang lagi.

Sumber :
            http://www.republika.co.id/berita/koran/leasure/15/03/03/nkmukf11-menyingkap-pesona-myanmar
            http://exlastrue.blogspot.com/2015/06/kawasan-konservasi-bagan-myanmar.html