Minggu, 30 Oktober 2011

Ruang Sosial Media Seperti Facebook, Twitter dan Google+ Kini Semakin Menggiurkan


Ruang publik di media sosial, seperti Facebook dan Twitter, kini menjadi lahan yang diperebutkan berbagai pihak untuk agenda masing-masing. Ini karena media sosial diyakini bisa memperkuat impak dari isu-isu offline–di luar jaringan elektronik.
Dosen di University of Manchester, Inggris, Yanuar Nugroho, menyatakan hal ini dalam konferensi internasional Social Media Culture: Political, Economic, Social, and Journalistic Challenges di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Kamis 22 September 2011.
“Bahkan di Indonesia ada partai yang memerintahkan anggotanya untuk membuat akun Twitter dan mulai ngetwitt,” kata Yanuar. Dia membawakan presentasi bertema “Citizens in @ction: Social Media in the Contemporary Civic Activism in Indonesia.
Turut menjadi pembicara utama adalah Merlyna Lim, Phd, dari Arizona State University, Amerika; Dr Cherian George dari Nanyang Technological University, Singapura; dan Profesor Martin Loffelholz dari Ilmenau University of Technology, Jerman.
Menurut Yanuar, dengan sekitar 39,6 juta pengguna Internet, Indonesia saat ini merupakan pasar nomor dua terbesar di dunia bagi Facebook (35,2 juta) dan ketiga terbesar bagi Twitter (4,9 juta). Kian terjangkaunya telepon seluler serta karakter kultural orang Indonesia yang guyup dikatakan menjadi penyebab pesatnya perkembangan penggunaan media sosial.
Dalam sebuah penelitian pada 2010, Yanuar menemukan bahwa di Indonesia media sosial telah mulai digunakan secara terencana. Ini positif, menurut dia, karena interaksi yang dinamis dan terencana merupakan syarat bagi sebuah kampanye yang berhasil di media sosial.
Meski demikian, belajar dari Arab Spring, Merlyna Lim mengatakan media sosial sendirian belum cukup untuk menggerakkan massa.
Meneliti penggalangan demonstrasi di Mesir, Merlyna menyimpulkan, untuk mengubah aktivitas online menjadi gerakan masyarakat yang sebenarnya di jalanan, media sosial harus punya tautan pada media lama, tradisional, besar, dan kecil. “Soalnya media sosial tidak memiliki kekuatan memaksa,” katanya.
Menyadari kian pentingnya media sosial, menurut Profesor Loffelholz, saat ini 70 persen perusahaan di Jerman telah memiliki departemen yang secara khusus menangani media sosial. Meski demikian, baru sekitar 10 persen yang sudah secara serius terlibat dalam media sosial.
Secara umum para pembicara sepakat, untuk memaksimalkan peran media sosial ke depan, dibutuhkan lebih banyak analisis atas jejaring sosial. “Jadi konsentrasi kajiannya bukan lagi teknologi,” ujar Cherian George.

URL : http://komputertrik.wordpress.com/2011/09/23/ruang-sosial-media-seperti-facebook-twitter-dan-google-kini-semakin-menggiurkan/

Jumat, 14 Oktober 2011

Interaksi Sosial




Komentar :
    Dari gambar di atas kita bisa lihat ada sekelompok orang yang sedang melakukan suatu kegiatan interaksi sosial .Mereka berdiskusi untuk menyelesaikan tugas mereka  .Kerja kelompok banyak sekali manfaatnya,diantaranya dengan melakukan kerjasama dan saling bertukar pendapat seperti gambar di atas, maka akan dihasilkan suatu ide yang mewakili ide masing-masing individu sehingga masalah pun dapat diselesaikan bersama .Selain itu kita dapat saling berbagi pengetahuan antara satu dengan yang lainnya sehingga pengetahuan kita pun bertambah.Namun kerjasama pun bisa menjadi hal yang negatif apabila dilakukan untuk tujuan yang negatif pula,misalnya bekerjasama bertukar jawaban saat mengerjakan  ujian .
Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain untuk berinteraksi karena manusia adalah makhluk sosial .


URL photo :