Selasa, 28 April 2015

Kawasan Konservasi Di Jawa Tengah

Konservasi Hutan Mangrove Demak

Pemerintah Kabupaten Demak, Jawa Tengah berencana mengoptimalkan pengembangan konservasi hutan mangrove di wilayah pesisir pantai Kecamatan Sayung. Keberadaan ribuan hektar hutan bakau dan ratusan berbagai macam jenis burung yang ada di kawasan terdampak abrasi ini, dinilai berpotensi menjadi satu diantara aset wisata alam untuk menarik daya pikat wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, Moh Ridwan, menuturkan, konservasi hutan mangrove yang digagas oleh pemerintah setempat ini berlokasi di Desa Bedono, Surodadi dan Timbulsloko. Potensi alam di wilayah ini, kata dia, akan digarap semaksimal mungkin agar bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat dan kas daerah.
Menurut Ridwan, pada 2015, Pemerintah Provinsi menganggarkan Rp 5 miliar untuk perbaikan infrastruktur menuju obyek wisata Morosari serta Rp 1 miliar untuk pengembangan Morosari. Morosari merupakan salah satu akses menuju konservasi hutan magrove. "Pihak Dirjen di Departemen Kelautan dan Perikanan saja mengatakan jika potensi hutan mangrove di Demak lebih indah dibandingkan di Lengkawi, Malaysia. Ada ratusan burung di sana seperti remutuk laut, cangak merah, kuntul, trinil kaki hijau, cerek jawa dan cekakak sungai. Sudah ada aturan untuk pelarangan membunuh atau menembak burung yang ada di sana," jelas Moh Ridwan, Minggu (16/11/2014).
Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, Suharto, menuturkan, secara realistis pengembangan konservasi hutan mangrove nantinya akan disinergikan dengan wisata bahari dan wisata religi yang menghubungkan dengan kawasan itu, sebut saja makam Syeh Mudzakir.
Untuk menuju lokasi Taman Mangrove kita harus melewati jalan yang  rusak dan berbatu. Setelah melewati jalan rusak yang cukup panjang, kami harus melewati jalan kecil di tengah laut yang menuju ke Taman Mangrove tersebut. Agak sedikit miris si ketika melewati jalan di tengah laut ini. Selain sempit, ada beberapa track miring sehingga membuat kita semakin ngeri. Suasana di Taman mangrove ini begitu Adem dan sejuk . Tak hanya itu Taman Mangrove ini juga di penuhi dengan satwa liar seperti burung bangau putih dan hitam. Ada juga beberapa perahu kecil yang bergoyang-goyang terkena ombak laut.
Dahulu di daerah konservasi hutan mangrove tersebut terdapat sebuah kampung kecil, namun kemudian kampung tersebut terkena abrasi air laut. Pemerintah lalu melakukan bedol desa dan memindahkan penduduk yang tinggal di sekitar area tersebut ke daerah lain. Namun saat ini disana masih terdapat beberapa kepala keluarga yang tetap memilih tinggal disana meskipun abrasi pantai membuat kerusakan pada rumah mereka. Ketika kesana, akan nampak bekas-bekas rumah yang sudah tidak ditinggali dan termakan oleh abrasi.
Sekitar lima tahun yang lalu memang didaerah itu belum banyak ditumbuhi pohon bakau disekitar bibir pantai. Maka tidak heran jika abrasi pantai didaerah itu cukup memprihatinkan. Namun sekarang ini didaerah tersebut sudah dilakukan konservasi hutan mangrove. Disepanjang bibir pantai sudah banyak tumbuh pohon-pohon mangrove. Selain untuk mencegah abrasi, hutan mangrove juga memiliki peran sebagai ekosistem udang dan ikan-ikan.
Bahkan juga sebagai ekosistem berbagai macam burung. Ketika mengunjungi konservasi hutan mangrove yang ada di Demak, banyak sekali terlihat burung bangau berwarna putih yang hidup bebas di hutan mangrove. Pengunjung dilarang untuk memburu dan menangkapnya. Ada sangsi tegas jika pengunjung melakukan hal tersebut. Sayangnya, kondisi konservasi hutan mangrove disana kurang terjaga kebersihannya. Banyak sekali sampah-sampah yang menyangkut di akar-akar pohon mangrove. Entah darimana asalnya sampah plastik yang mengotori pantai tersebut. Apakah sampah itu memang akibat ulah dari pengunjung yang membuang sampah sembarangan, atau malah jangan-jangan sampah tersebut berasal dari sungai kemudian terbawa arus hingga ke pantai.
Tidak banyak orang yang tahu keberadaan konservasi hutan mangrove di Demak. Karena lokasinya memang cukup terpencil dan jalan menuju kesana pun harus menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat. Namun belakangan ini berkat social media media seperti instagram, banyak pengunjung yang datang kesana. Mereka umumnya hanya ingin berjalan-jalan kesana melihat hutan mangrove dan sekedar berfoto ria atau bahkan banyak yang menjadikan tempat wisata hutan mangrove sebagai lokasi pacaran. Padahal tempat konservasi hutan mangrove bisa dijadikan sebagai sarana wisata dan edukasi khususnya bagi para pelajar. Sehingga akan timbul kecintaan dengan alam dan semangat untuk melestarikan lingkungan.
Untuk masuk kesanapun tidak mahal, pengunjung hanya dikenakan biaya parkir. Dan untuk masuk ke kawasan hutan mangrove, pengunjung tidak dikenakan biaya retribusi. Disana pengunjung dapat melihat pohon-pohon mangrove yang tumbuh dengan rapat, beton-beton pemecah ombak, dan juga disana terdapat makam Syekh Abdullah Mudzakir.
Meskipun bangunan dan rumah yang ada disekitar bibir pantai mengalami kerusakan parah, namun berbeda dengan makam tersebut. Makam tersebut masih utuh dan berada ditengah laut. Untuk menuju kesana bisa melewati jembatan beton.
Pada hari-hari besar agama Islam biasanya makam tersebut ramai dikunjungi orang-orang dari luar daerah. Ketika berkunjung kesana, jangan lupa mencicipi aneka cemilan dari olahan pohon mangrove. Dan yang ingin berkeliling pantai, bisa mencoba naik perahu nelayan. Biasanya mereka dengan senang akan mengantarkan pengunjung berkeliling pantai, tentunya dengan biaya yang telah disepakati.
Perlu diingat, ketika disana pengunjung tidak boleh merusak pohon mangrove, memburu satwa yang ada disana, serta mengotori lingkungan. Untuk yang kesana berpasangan namun belum menikah, sebaiknya lebih menjaga sikap dan memperhatikan sopan santun. Penduduk setempat tidak segan-segan untuk memberikan teguran dan sangsi jika melihat pengunjung yang tidak mengindahkan peraturan dan tidak menjaga sopan santun. Mari kita jaga bersama kekayaan alam Indonesia, inilah harta yang paling mahal harganya.
                                                                   Taman Mangrove Morosari

 

Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar